Salah satu teori tentang motivasi
yang sangat populer adalah teori jenjang kebutuhan (the hierarchy of needs)
yang dirumuskan Maslow. Jadi, sebenarnya Maslow tidak berbicara (mengkaji)
motivasi, melainkan kebutuhan dasar insani. Dengan kata lain, sebenarnya
teori Maslow adalah mengenai kebutuhan dasar insani (the basic human needs),
bukan mengenai motivasi. Akan tetapi, kemudian dikenal sebagai teori motivasi
Maslow. Mengapa demikian? Adakah hubungan logis kebutuhan (needs) dengan
motivasi, sehingga walaupun yang dibicarakan Maslow mengenai needs,
tetapi disebut juga dengan motivation?
Mengenai kenapa teori kebutuhan
dasar insani (basic human needs) itu menjadi disebut juga sebagai teori
motivasi, dapat dijelaskan sebagai berikut.
Pada diri manusia ada sejumlah
kebutuhan dasar, kebutuhan yang asasi, yang mau tidak mau harus dipenuhi.
Kebutuhan itu bersifat intuitif, ada dengan sendirinya, seperti juga ada pada
hewan, walau tentu tidak sama kandungannya. Oleh karena ada kebutuhan
yang harus dipenuhi tersebut, maka manusia terdorong (termotivasi) untuk
mencari jalan (upaya) memenuhi kebutuhan tersebut. Jika kebutuhannya itu
terpenuhi, maka manusia akan merasa “puas” (satisfied), dan sebaliknya,
menjadi unsatisfied. Jadi, kebutuhan mendorong mucnulnay motivasi.
Itulah sebabnya teori kebutuhan Maslow itu disebut juga dengan teori motivasi.
Dengan kata lain, teori motivasi Maslow berdasarkan kebutuhan dasar insani.
Samakah kebutuhan (needs)
dengan keinginan (wants), dan motivasi? Kebutuhan (needs) manusia
itu membuat seseorang menjadi berkeinginan (wants). Keinginan itu lalu
membuat orang termotivasi (mempunyai motivasi) untuk melakukan sesuatu kegiatan
atau perbuatan (upaya = efforts) untuk memenuhi kebutuhannya itu, atau
untuk mencapai apa yang diinginkannya itu. Jadi, jika digambarkan, tampak
seperti dalam ilustrasi berikut.
NEEDS
—–> WANTS —–> MOTIVATION —> EFFORTS
Nah, mari kita beri contoh. Perut
kita keroncongan (berbunyi). Itu terjadi karena usus yang biasanya berisi makanan,
sekarang dalam keadaan kosong. Perut MEMBUTUHKAN makanan. Orang merasakan
adanya KEBUTUHAN (NEEDS) akan makanan yang berupa RASA LAPAR. Rasa lapar (butuh
makanan) itu menjadikan orang INGIN makan. Keinginan untuk makan itu MEMOTIVASI
orang untuk berusaha mencari makanan.
Kerongkongan kita terasa kering,
kita BUTUH minum. Kebutuhan akan minum itu mendorong (memotivasi) kita untuk
mencari minuman. Kita gerah kepanasan oleh udara yang panas. Kita MEMBUTUHKAN
udara yang segar. Kebutuhan akan udara yang segar itu memotivasi kita “keluar”
dari situasi gerah mencari udara segar. Kita ngantuk (tubuh kita membutuhkan
istirahat). Kebutuhan akan istirahat (tidur) itu mendorong (memotivasi) kita
untuk tidur.
Bagaimana kaitannya dengan KEINGINAN
(WANTS)? Perut yang membutuhkan makanan (rasa lapar) itu dapat menimbulkan
KEINGINAN (WANTS) untuk makan (ingin makan). Keinginan untuk makan itu
MENDORONG (MEMOTIVASI) orang tersebut untuk mencari makanan. Ingat: rasa lapar
(butuh makan) dan ingin makan itu tidak selalu memotivasi untuk mencari makanan
dan makan (pada orang yang sedang puasa, misalnya).
Kasus yang “lebih tinggi” misalnya
orang yang terbiasa salat malam. Kebiasaan salat malam itu menjadikannya
semacam kebutuhan intuistik, alami, intrinsik. Dalam ketidaksadaran (tertidur)
pun, secara naluriah “otak” (bawah sadarnya) memimpi-mimpikannya salat malam,
bahkan dapat membangunkannya untuk salat malam.
Apa saja yang merupakan kebutuhan
dasar insani yang dapat memotivasi orang untuk melakukan kegiatan atau
perbuatan tertentu itu? Maslow merumuskannya sebagai berikut
(1943-an).[http://www.timlebon.com/maslow.html; 2006]
Lima kebutuhan dasar insani seperti
digambarkan dalam dua diagram di atas merupakan asal mula Teori Kebutuhan Dasar
Insani (Baic Human Needs Theory) rumusan Maslow. Kebutuhan dasar insansi itu
dipandang Maslow sebagai suatu piramida perjenjangan (hirarki). Yang paling
dasar adalah kebutuhan biologis-jasmaniah, diikuti kemudian oleh kebutuhan akan
rasa aman (keamanan), kemudian keterterimaan (diakui sebagai bagian dari
kelompok manusia) dan kasih sayang, kemudian harga diri, dan terakhir
perwujudan (aktualisasi) diri. Kebutuhan yang lebih atas, menurut Maslow,
tidak akan muncul pada manusia sebelum secara minimal kebutuhan yang berada di
bawahnya sudah tercukupi.
Selanjutnya hirarki kebutuhan dasar
insani Maslow itu direvisi orang (Maslow sudah meninggal) menjadi sebagai
berikut (1970).
1. Biological and Physiological
needs – air, food, drink, shelter, warmth, sex, sleep, etc.
2. Safety needs – protection
from elements, security, order, law, limits, stability, etc.
3. Belongingness and Love needs
– work group, family, affection, relationships, etc.
4. Esteem needs –
self-esteem, achievement, mastery, independence, status, dominance, prestige,
managerial responsibility, etc.
5. Cognitive needs –
knowledge, meaning, etc.
6. Aesthetic needs –
appreciation and search for beauty, balance, form, etc.
7. Self-Actualization needs –
realising personal potential, self-fulfillment, seeking personal growth and
peak experiences.
Jadi, ada perubahan jumlah dan
hirarki menjadi sebagai berikut:
(1) Kebutuhan biologis-jasmaniah;
(2) Kebutuhan akan rasa aman;
(3) Kebutuhan akan keterterimaan
dalam/oleh kelompok dan kasih sayang;
(4) Kebutuhan akan harga diri dan
penghargaan;
(5) Kebutuhan akan tahu dan paham;
(6) Kebutuhan estetika (keindahan);
(7) Kebutuhan akan perwujudan diri;
(8) Kebutuhan akan transendensi
(membantu orang lain mewujudkan dirinya).
Rincian garis besar isi tiap
kebutuhan tersebut sebagai berikut.
1. Biological and Physiological
needs – air, food, drink, shelter, warmth, sex, sleep, etc.
2. Safety needs – protection
from elements, security, order, law, limits, stability, etc.
3. Belongingness and Love needs
– work group, family, affection, relationships, etc.
4. Esteem needs –
self-esteem, achievement, mastery, independence, status, dominance, prestige,
managerial responsibility, etc.
5. Cognitive needs –
knowledge, meaning, etc.
6. Aesthetic needs –
appreciation and search for beauty, balance, form, etc.
7. Self-Actualization needs –
realising personal potential, self-fulfillment, seeking personal growth and
peak experiences.
8. Transcendence needs –
helping others to achieve self actualization.
Maslow dan rekannya, tentu saja
tidak memunculkan kebutuhan religius (seperti dalam contoh salat malam itu) ke
dalam hirarkinya (karena pahamnya bisa berbeda). Atau, yang seperti itu
dianggapnya bukan bersifat alamiah dan intuistik, melainkan sesuatu yang
dipelajari, yang diperoleh dari kehidupan berpengalaman? Tidak tahu pasti
jawabannya.
Teori Maslow sebenarnya bukan hasil
penelitian ilmiah, melainkan hasil renungan-penalaran-amatan. Itu kata para
ahli. Akan tetapi teorinya dipakai dan diakui sebagai sesuatu layaknya
kebenaran ilmiah, dianggap sesuatu yang valid (sahih).
Nah, yang selama ini agak kurang
banyak diketahui orang adalah bahwa Teori Kebutuhan Dasar Insani (Teori
Motivasi) Maslow ini dikenal pula sebagai Teori Z, seperti dikatakan Wikipedia
berikut.
Abraham Maslow, a psychologist and the first theorist to
develop a theory of motivation based upon human needs produced a theory that had three assumptions. First, human needs
are never completely satisfied. Second, human behavior is purposeful and is
motivated by need satisfaction. Third, these needs can be classified according
to a hierarchical structure of importance from the lowest to highest (Maslow,
1970): 1. Physiological needs 2. Safety needs 3. Belongingness and love needs
4. The esteem needs – self-confidence 5. The need for self-actualization – the
need to reach your full potential
Maslow’s hierarchy of needs theory
helps the manager to understand what motivates an employee. By understanding
what needs must be met in order for an employee to achieve the highest-level of
motivation, managers are then able to get the most out of production